Minggu, 18 Mei 2025
BerandaPublic PolicySATRIA-1: Jembatan Digital Nusantara untuk Daerah Terpencil

SATRIA-1: Jembatan Digital Nusantara untuk Daerah Terpencil

Dalam era transformasi digital, ketimpangan akses internet masih menjadi tantangan utama di Indonesia. Data Kementerian Komunikasi dan Digital mencatat bahwa lebih dari 45 juta masyarakat Indonesia belum terhubung dengan layanan internet yang memadai. Sebuah angka yang menyoroti urgensi pemerataan konektivitas, khususnya di wilayah Terluar, Tertinggal, dan Terdepan (3T). Menjawab tantangan ini, pemerintah telah meluncurkan proyek strategis nasional: SATRIA-1.

SATRIA (Satelit Republik Indonesia) bukanlah sekadar satelit komunikasi biasa. Ia adalah representasi dari komitmen Indonesia untuk menjangkau seluruh penjuru negeri, memastikan tidak ada satu pun warga negara yang tertinggal dalam arus digitalisasi. Satelit ini resmi diluncurkan pada 18 Juni 2023 dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, dengan menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX. Proyek ini juga melibatkan Thales Alenia Space dari Prancis dalam proses pembangunannya.

Dengan kapasitas 150 Gbps dan teknologi High Throughput Satellite (HTS), SATRIA-1 dirancang untuk melayani sekitar 37.000 titik layanan publik, mulai dari sekolah, pesantren, puskesmas, kantor pemerintahan, hingga layanan keamanan di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau infrastruktur konvensional. Teknologi canggih yang digunakan memungkinkan satelit ini menyediakan koneksi internet yang stabil dan cepat, meskipun lokasi berada jauh dari pusat kota.

Agar konektivitas ini bisa terdistribusi secara merata, SATRIA-1 didukung oleh 11 stasiun bumi yang tersebar di berbagai daerah strategis: Batam, Cikarang, Pontianak, Banjarmasin, Tarakan, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari, Timika, dan Jayapura. Kehadiran stasiun bumi ini memastikan bahwa sinyal dari satelit dapat diterima dan diteruskan ke titik-titik layanan dengan efisiensi tinggi.

Proyek SATRIA-1 menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan sistem pembayaran Availability Payment (AP) selama 15 tahun, sebagaimana diatur dalam Perpres No. 38 Tahun 2015. Model ini menjadi bukti bahwa sinergi antara pemerintah dan sektor swasta mampu menghasilkan solusi konkret dan berdampak jangka panjang.

SATRIA-1 bukan hanya menjawab kebutuhan konektivitas, tetapi juga membuka jalan bagi kemajuan sektor pendidikan, kesehatan, pelayanan publik, hingga penguatan pemerintahan berbasis elektronik. Di balik semua itu, ada semangat inklusi digital yang membara: memastikan bahwa setiap warga negara, di mana pun berada, bisa menjadi bagian dari masyarakat digital yang terkoneksi dan berdaya.

SATRIA-1 Menyambungkan Harapan dan Masa Depan Digital Indonesia

Dengan peluncuran SATRIA-1, Indonesia memasuki babak baru dalam pembangunan infrastruktur digital. Proyek ini menunjukkan bagaimana teknologi bisa menjadi alat pemersatu bangsa dan alat pemerataan kesejahteraan. Kini, masyarakat di pelosok negeri memiliki peluang yang sama untuk belajar, berobat, berinovasi, dan berpartisipasi dalam kehidupan digital yang inklusif dan produktif.

spot_img

UPDATE