Rabu, 12 Maret 2025
BerandaTechKebutuhan Internet Murah Broadband Makin Krusial

Kebutuhan Internet Murah Broadband Makin Krusial

Perhatian Presiden Prabowo Subianto pada dunia pendidikan sangat tinggi. Hal ini juga terlihat dari Asta Cita yang di antaranya menyebutkan misi Presiden untuk memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, dan pendidikan. Pembangunan SDM merupakan bagian penting untuk membangun masa depan bangsa, oleh karena itu menjadi prioritas utama Presiden Prabowo. Pembangunan SDM berkaitan dengan banyak hal, yang utama adalah berkaitan dengan pendidikan yang bermutu, inovasi dalam sains dan teknologi, serta peningkatan kesehatan publik.

Terkait pendidikan, relasi pendidikan (baik pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal) dengan internet semakin signfikan. Internet memberi dampak nyata pada pendidikan. Dengan adanya internet, pendidikan tidak hanya terjadi di dalam kelas. Pendidikan bisa diselenggarakan di mana saja dan kapan saja, juga oleh siapa saja.

Pendidikan formal sebagai tulang punggung pendidikan Indonesia juga mendapat keuntungan dari internet. Proses belajar-mengajar terbukti cukup baik dilakukan melalui pembelajaran online selama pandemi Covid-19 lalu. Selain itu, buku-buku juga sudah bisa diakses dalam bentuk e-book sehingga siswa dan mahasiswa bisa mengaksesnya kapan saja dan di mana saja.

Sebelaum era internet, seorang pelajar atau mahasiswa yang berada di daerah kesulitan mengakses buku-buku karena ketersediaan buku di perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi daerah relatif terbatas. Dengan adanya internet, mereka bisa mengakses buku dengan kualitas dan jumlah sama banyaknya dengan siswa dan mahasiswa di kota-kota besar. Bahkan mereka bisa mengakses buku dari luar negeri sepanjang menguasai bahasa dalam buku tersebut. Dengan demikian, anak-anak yang berada di daerah bisa bersaing dan memiliki kesempatan yang sama untuk maju.

Fixed Broadband

Hanya saja, untuk bisa optimal memanfaatkan internet bagi dunia pendidikan, membutuhkan jaringan fixed broadband yang memadai. Dengan memanfaatkan jaringan fixed broadband, biaya langganan bisa ditekan lebih murah dan jumlah yang bisa di-download bisa unlimited. Sebagai perbandingan, harga data per gigabita (GB) yang di-download melalui fixed broadband berada pada kisaran Rp200-1.000/GB, sedangkan melaliu mobile broadband dalam kisaran Rp1.500-Rp10.000/GB. Dengan begitu, tentu akan menguntungkan bagi program pendidikan jika menggunakan fixed broadband apalagi jika memberikan unlimited data transfer.

Salah satu tantangan yang membutuhkan perjuangan pemerintah untuk mewujudkannya adalah membangun infrastruktur internet yang saat ini masih kurang memadai. Memang berdasarkan data, penetrasi internet Indonesia sudah tinggi. Menurut Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemen Komdigi), saat ini terdapat 221 juta orang (79,5%) dari populasi penduduk Indonesia yang sudah terkoneksi internet. Namun mayoritas dari mereka mengaksesnya melalui handphone. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), lebih dari 90% pengguna internet Indonesia mengaksesnya menggunakan handphone atau tablet.

Mendorong Penetrasi fixed broadband

Sementara itu, penetrasi fixed broadband masih rendah. Kemen Komdigi menyebutkan, pada saat ini baru sebanyak 14.332.914 rumah tangga yang terlayani fixed broadband. Berdasarkan data dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga), saat ini diperkirakan terdapat 87.845.879 rumah tangga dan yang baru terdata sebanyak 75.653.359 rumah tangga, sehingga penetrasi fixed broadband per rumah tangga, berdasarkan data kementerian ini adakah sebesar 16,3%. Bahkan ada yang menghitung penetrasi internet broadband dengan merujuk pada pelanggan listrik karena pelanggan fixed broadband relatif sama denga pelanggan listrik. Dengan jumlah pelanggan PLN yang sebanyak 90 juta, maka penetrasi fixed broadband Indonesia saat ini baru sekitar 15%. Sementara Kemen Komdigi mengklaim penetrasi broadband per rumah tangga sebesar 20,86% dari total 68.700.700 rumah tangga di Indonesia. Kendatipun demikian angka 20% itu masih terbilang rendah. Bahkan di kawasan ASEAN saja, penetrasi fixed broadband Indonesia termasuk yang terendah, yakni nomor delapan dari 10 negara ASEAN (tidak termasuk Timor Leste).

Masalah berikutnya adalah kecepatan download-nya.  Kecepatan download fixed broadband Indonesia baru 32,07 Mbps, sedikit di atas Myanmar 28,94 Mbps. Sedangkan negara-negara lainnya di ASEAN sudah menyediakan layanan fixed broadband dengan kecepatan jauh lebih tinggi. Laos dengan 40,06 Mbps, Kamboja 46,14 Mbps, Brunei 76,60 Mbps, Filipina 93,76 Mbps, Malaysia 118,63 Mbps, Vietnam 159,32 Mbps, Thailand 235,86 Mbps, dan Singapura 330,98 Mbps.

Harga Rp100.000/bulan

Tentu semua layanan itu harus ditebus dengan membayar biaya langganannya. Akan tetapi, bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, langganan internet di Indonesia, baik mobile maupun fixed broadband, masih terbilang mahal. Untuk fixed broadband, menurut pejabat Komdigi, harga langganan dengan kecepatan 30 Mbps rata-rata mencapai sekitar Rp250.000-an per bulan. Jika ingin dinaikkan menjadi 100 Mbps, biaya yang dikeluarkan mencapai Rp400.000 hingga Rp500.000 per bulan.

Beberapa pihak memperkirakan, tarif langganan yang layak untuk internet 100 Mbps bagi masyarakat umum (sebut saja internet rakyat) adalah sebesar Rp100.000 per bulan unlimited data transfer. Upaya ini sekarang sedang dilakukan oleh Kemen Komdigi. Hanya saja untuk mempercepat penetrasi broadband, Komdigi akan melelang frekuensi 1,4 Ghz untuk Broadband Wireless Access (BWA), terlebih dahulu. Penggunaan frekuensi tersebut diharapkan bisa menawarkan internet berkecepatan 100 Mbps dengan kisaran biaya langganan antara Rp100.000 hingga Rp150.000 per bulan.

Dengan tarif langganan Rp100.000/bulan dengan kecepatan 100 Mbps, diharapkan akan mendorong pelajar dan mahasiswa dalam proses pembelajaran mereka. Materi pelajaran tidak selalu berbentuk buku. Ada banyak bahan berupa video untuk mempermudah pemahaman terhadap satu teori atau materi pelajaran yang membutuhkan peraga. Ini umumnya bisa di-download dengan mudah melalui jaringan internet berkecepatan tinggi.

Adanya akses internet broadband di rumah-rumah akan memudahkan para pelajar dan mahasiswa memanfaatkan waktunya untuk belajar dari rumah di luar waktu sekolah. Dengan kecepatan tinggi yang dimilikinya, selain memungkinkan mereka men-download materi pelajaran yang dibutuhkan, juga bisa mengakses berbagai informasi tambahan untuk mendukung pendidikannya. Bahkan memungkinkan mereka melakukan diskusi secara online dengan banyak rekan melalui platform video conference. Beberapa pengamat menyebutkan bahwa, dengan makin baiknya akses siswa dan mahasiswa terhadap internet, hal ini akan menyebabkan mereka memiliki akses yang lebih besar terhadap informasi, meningkatkan peluang karier dan persiapan kerja, meningkatkan fleksibilitas dan kenyamaan belajar, memperluas jangkauan sumber pembelajaran, dan memiliki kemampuan untuk tetap terhubung dengan teman sebaya dan guru.

Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM)

Selain itu, dengan masuknya internet braodband ke rumah-rumah, yang akan mengakses internet (informasi) tidak hanya anak-anak mereka yang statusnya siswa atau mahasiswa, tetapi orang tua pun mendapatkan keuntungkan. Hal ini akan mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Indonesia. Saat ini, IPLM Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik, berada dalam status sedang dengan IPLM sebesar 73,52. Komponen pembentuknya meliputi, rata-rata baca buku hanya 3-4 buku per triwulan, akses internet 5-6 kali seminggu, dan lama akses internet 1-2 jam sehari.  Harapannya, dengan masuknya broadband internet ke rumah-rumah IPLM bisa meningkat lagi.

Tentu ada manfaat lain, seperti pekerja bisa menyelesaikan kerjanya di rumah secara online (sehingga meningkatkan produktivitasnya), para pengusaha UMKM bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan usahanya, dan keuntungan lainnya. Melihat banyak manfaat ini (tentu di luar itu ada dampak negatifnya), dalam suatu kajiannya, Bank Dunia menyebutkan bahwa peningkatan 10 poin persentase penetrasi fixed broadband bisa meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 1,21% di negara maju dan 1,38% di negara berkembang.

Jadi, strategi mendorong internet murah dengan kecepatan 100 Mbps dan harga sekitar Rp100.000 akan memberi banyak dampak. Dengan demikian, peningkatan fixed broadband, selain mendorong pembangunan SDM juga ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Bagi Indonesia ini sangat penting karena target pertumbuhan ekonomi di akhir jabatan Presiden Prabowo adalah sebesar 8% per tahun yang banyak orang pesimistis bisa tercapai karena dalam beberapa dekade terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5%. Jika merujuk pada penetrasi fixed broadband saat ini dan dampak peningkatan penetrasi fixed broadband seperti disampaikan Bank Dunia, apakah dengan meningkatkan penetrasi fixed broadband menjadi 50%-60% rumah tangga, target pertumbuhan ekonomi 8% per tahun bisa tercapai? Waktu yang akan membuktikannya. Tetapi, kita harus optimis bisa melakukannya dan mendukung berbagai pihak yang ingin meningkatkan penetrasi fixed broadband untuk pelayanan internet murah.### (Oleh Fadel Muhammad)

spot_img

UPDATE