Tamparan keras kembali dirasakan oleh Indonesia pasca munculnya kabar kebocoran data yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP Kemenkeu) yang dijualbelikan oleh Bjorka melalui akun darkweb.
Hal ini pun memicu respons dari CEO PT. Solusindo Digital Holistik (SIDIK CYBER), Yonathan Yeremia. Apalagi kebocoran 6 juta data penduduk tersebut pun memuat data-data penting para pejabat negara seperti Presiden Joko Widodo, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan tokoh-tokoh penting lainnya.
“Kebocoran data sebesar ini memiliki dampak yang jauh lebih serius daripada sekadar potensi penyalahgunaan informasi pribadi. Data-data seperti NPWP, NIK, dan informasi kontak dapat digunakan oleh aktor jahat untuk kegiatan penipuan, pemalsuan identitas, hingga aksi cyber espionage,” kata Yonathan, Kamis (19/9).
Menurut perspektifnya, kasus kebocoran data tersebut dapat mengancam stabilitas politik dan keamanan negara, terutama jika data tersebut jatuh ke tangan pihak yang ingin menyabotase atau merusak reputasi pemerintah. Sekaligus, kebocoran data ini juga bagian dari bukti ancaman siber yang cukup serius bagi kredibilitas Indonesia dalam konteks jaminan keamanan data.
“Bocornya data milik pejabat negara seperti Presiden Jokowi dan Menteri Sri Mulyani memberikan pesan bahwa sistem keamanan siber Indonesia masih sangat rentan. Di era digital saat ini, serangan siber bukan lagi persoalan teknis, tetapi menyangkut kedaulatan nasional,” ujarnya.
Dalam situasi kritis seperti ini, Yonathan penting untuk menciptakan solusi yang tidak hanya menambal lubang keamanan, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh dan berkelanjutan. PT. Solusindo Digital Holistik (SIDIK CYBER), sebagai salah satu pemain utama dalam industri keamanan siber di Indonesia, menawarkan solusi berbasis Risk Management (SidikGuardians).
Dijelaskan Yonathan, produk SidikGuardians yang dikembangkan SIDIK CYBER, menggunakan teknologi dan infrastruktur dengan Kandungan Lokal (TKDN) sebesar 69,19%, adalah jawaban untuk memperkuat sistem keamanan digital nasional.
“Kami percaya bahwa kolaborasi antara teknologi dan manajemen risiko yang terstruktur adalah kunci utama dalam melindungi masa depan digital Indonesia,” tutur Yonathan.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa TKMT Risk Management (SidikGuardians), misalnya, adalah sistem keamanan terintegrasi yang mencakup audit rutin, pengelolaan akses data yang ketat, serta penilaian risiko secara holistik. Sistem ini dirancang untuk mengantisipasi kebocoran data dengan deteksi dini dan mitigasi risiko yang cepat, sebelum masalah berkembang menjadi lebih besar.
“Dengan berfokus pada peningkatan kepatuhan terhadap regulasi lokal dan internasional, serta pembaruan teknologi yang kontinyu, SidikGuardians berkomitmen menjadi garda terdepan dalam melindungi data pemerintah dan korporasi di Indonesia,” paparnya.
Kebangkitan Industri Keamanan Siber Indonesia
Kasus kebocoran data ini seharusnya menjadi wake-up call bagi semua pihak, khususnya pemerintah dan perusahaan swasta, untuk lebih serius dalam menangani masalah keamanan siber. Penting bagi Indonesia untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi asing, tetapi juga mengembangkan produk dan solusi keamanan karya anak bangsa yang dapat bersaing secara global.
Oleh sebab itu, SIDIK CYBER yang merupakan salah satu perusahaan lokal berkomitmen untuk mempelopori kebangkitan industri keamanan siber di dalam negeri, dengan misi untuk membangun kemandirian digital Indonesia. Dengan memanfaatkan produk dengan TKDN tinggi, kami berusaha menciptakan solusi yang tidak hanya relevan di pasar lokal tetapi juga siap untuk diadopsi oleh industri global.
“Dalam menghadapi ancaman siber, tidak ada kata terlambat. Yang dibutuhkan adalah langkah nyata, dukungan kolaboratif, dan pendekatan holistik dalam menghadirkan sistem keamanan yang kuat dan andal. SIDIK CYBER, melalui inovasi SidikGuardians, siap menjadi mitra pemerintah dan korporasi dalam melindungi data dan informasi vital bangsa,” tegas Yonathan.
Terakhir, Yonathan Yeremia pun menekankan kembali bahwa insiden kebocoran data ini memberikan pelajaran berharga bagi seluruh stakeholders bangsa Indonesia, bahwa keamanan siber adalah urusan yang serius. Ini bukan lagi masalah teknis, melainkan soal ketahanan nasional. Sudah waktunya bagi Indonesia untuk memperkuat infrastruktur digitalnya dengan solusi keamanan yang inovatif, berkelanjutan, dan berbasis lokal.
“SIDIK CYBER siap mendukung langkah ini, dengan teknologi dan produk yang kami kembangkan untuk melindungi masa depan digital Indonesia. Karena bersama-sama, kita bisa membangun Indonesia yang lebih aman di era digital ini,” pungkasnya.
Kebocoran Data Ditjen Pajak Kemenkeu oleh Bjorka
Sebelumnya diberitakan, bahwa bocornya data Ditjen Pajak Kementerian Keuangan ini diungkap oleh Teguh Aprianto, pendiri Ethical Hacker Indonesia. Dalam sebuah postingan di akun media sosialnya, Teguh menyatakan bahwa data tersebut dijual seharga sekitar Rp 150 jutaan. Yang lebih mengkhawatirkan, data yang bocor mencakup NIK, NPWP, alamat, nomor HP, hingga email.
Data tersebut dijual oleh akun anonim Bjorka di situs Darkweb pada hari Rabu, 18 September 2024 dini hari. Kasus ini pun menandai ancaman nyata yang tak hanya menargetkan individu biasa, namun juga para pejabat tinggi negara.
Kebocoran ini memperlihatkan celah besar dalam sistem pengamanan data pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pun segera merespons dengan melakukan investigasi mendalam.
“Saat ini tim teknis DJP sedang melakukan pendalaman terkait informasi kebocoran data ini,” kata Dwi Astuti, Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat DJP kemarin.